Titik Firman; Pengelola Paud, Praktisi Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau, Buat saya, bekerja di pendidikan paud non formal adalah panggilan jiwa...menyatu dalam diri untuk memberikan pengabdian dan kemampuan disela-sela keterbatasan diri diderah yang saya tempati...selalu dengan harapan bisa menggugah para peduli pendidikan anak terhadap kemajuan propinsi Kepri kedepan...Sharing pengetahuan dan membantu teman-teman seperjuangan yang tinggalnya ditempat terpencil dan terpencar untuk memberikan layanan dan stimulasi pendidikan yang benar terhadap seorang anak usia dini..

Kamis, 26 Agustus 2010

Bahaya Balita Diajarkan Calistung, Saat SD Potensi Terkena ‘Mental Hectic’

JAKARTA–Anak usia di bawah lima tahun (balita) sebaiknya tak buru-buru diajarkan baca tulis dan hitung (calistung). Jika dipaksa calistung si anak akan terkena ‘Mental Hectic’.
”Penyakit itu akan merasuki anak tersebut di saat kelas 2 atau 3 Sekolah Dasar (SD). Oleh karena itu jangan bangga bagi Anda atau siapa saja yang memiliki anak usia dua atau tiga tahun sudah bisa membaca dan menulis,” ujar Sudjarwo, Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ditjen PNFI Kemendiknas, Sabtu (17/7).
Oleh karena itu, kata Sudjarwo, pengajaran PAUD akan dikembalikan pada ‘qitah’-nya. Kemendiknas mendorong orang tua untuk menjadi konsumen cerdas, terutama dengan memilih sekolah PAUD yang tidak mengajarkan calistung.

Saat ini banyak orang tua yang terjebak saat memilih sekolah PAUD. Orangtua menganggap sekolah PAUD yang biayanya mahal, fasilitas mewah, dan mengajarkan calistung merupakan sekolah yang baik. ”Padahal tidak begitu, apalagi orang tua memilih sekolah PAUD yang bisa mengajarkan calistung, itu keliru,”  jelas Sudjarwo.

Sekolah PAUD yang bagus justru sekolah yang memberikan kesempatan pada anak untuk bermain, tanpa membebaninya dengan beban akademik, termasuk calistung.  Dampak memberikan pelajaran calistung pada anak PAUD, menurut Sudjarwo, akan berbahaya bagi anak itu sendiri. ”Bahaya untuk konsumen pendidikan, yaitu anak, terutama dari sisi mental,” cetusnya.

Memberikan pelajaran calistung pada anak, menurut Sudjarwo, dapat menghambat pertumbuhan kecerdasan mental. ”Jadi tidak main-main itu, ada namanya ‘mental hectic’, anak bisa menjadi pemberontak,” tegas dia.
Kesalahan ini sering dilakukan oleh orang tua, yang seringkali bangga jika lulus TK anaknya sudah dapat calistung. Untuk itu, Sudjarwo mengatakan, Kemendiknas sedang gencar mensosialisasikan agar PAUD kembali pada fitrahnya. Sedangkan produk payung hukumnya sudah ada, yakni SK Mendiknas No 58/2009. ”SK nya sudah keluar, jadi jangan sembarangan memberikan pelajaran calistung,” jelasnya.

Sosialisasi tersebut, kata Sudjarwo, telah dilakukan melalui berbagai pertemuan di tingkat kabupaten dan provinsi.  Maka Sudjarwo sangat berharap pemerintah daerah dapat menindaklanjuti komitmen pusat untuk mengembalikan PAUD pada jalurnya. ”Paling penting pemda dapat melakukan tindak lanjutnya,” jawab dia.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Srie Agustina, Koordinator Komisi Edukasi dan Komunikasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), menyatakan, memilih mensosialisasikan produk pendidikan  merupakan bagian dari fungsi dan tugas BPKN untuk melakukan perlindungan terhadap konsumen.

Dalam hal ini, kata Srie, BPKN memprioritaskan sosialisasi pada anak usia dini. Sebab berdasarkan Konvensi Hak Anak, setiap anak memiliki empat hak dasar.  Salah satunya adalah hak untuk mendapatkan perlindungan dalam kerugian dari barang dan produk, termasuk produk pendidikan. ”Untuk itu sejak dini anak dilibatkan, karena di usia itulah pembentukan karakter terjadi,” papar Srie.

Namun menurut Srie, mengedukasi tentang sebuah produk harus menggunakan metode khusus.  Tidak dapat berwujud arahan dan larangan, namun dengan cara yang menyenangkan, salah satunya dengan festival mewarnai sebagai salah satu teknik untuk memberikan edukasi. ”Dengan mewarnai, mereka bisa terlibat dan merasa lebur di dalamnya, selain itu dalam gambar yang diwarnai tersebut disisipkan pesan-pesan yang ingin disampaikan,” pungkasnya.

Rabu, 25 Agustus 2010

Mendiknas Perioritaskan PAUD th 2011

Dipublikasikan kembali dari 
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh memprioritaskan pendidikan anak usia dini pada 2011 bersama dengan pendidikan dasar, vokasi/politeknik, dan percepatan doktor untuk para dosen.
“Pendidikan dasar menjadi prioritas utama pada 2011, termasuk urusan perbukuan dan lembar kerja siswa (LKS),” katanya usai menjadi pembina upacara pada peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Ke-65 Republik Indonesia di halaman Kantor Kemdiknas RI di Jakarta, Selasa.
Hadir pada upacara itu Wamendiknas RI Fasli Jalal, pejabat Kemdiknas, dan penerima anugerah Satya Lancana Karya Satya.
Pendidikan vokasi, katanya, yaitu sekolah menengah kejuruan (SMK) dan politeknik diprioritaskan untuk menjawab persoalan ketenagakerjaan. “Melalui pendidikan vokasi ini disiapkan tenaga-tenaga kerja yang punya keterampilan dan keahlian,” katanya.
Kemudian percepatan kualifikasi doktor juga di perguruan tinggi menjadi prioritas.
Saat ini, kata Mendiknas, terdapat 23 ribu dosen yang berlatarbelakang pendidikan doktor (S3) dari 270 ribu dosen atau hanya sekitar delapan persennya.
Ia menargetkan pada 2014/2015 angka itu menjadi menjadi 20 persen atau 30 ribu dosen berpendidikan S3, atau ada tambahan paling sedikit 5.000 doktor baru per tahun.
“Prioritas berikutnya adalah PAUD. Saat ini angka partisipasi kasar (APK) PAUD secara nasional mencapai 54 persen, dan di daerah tertentu ada yang mencapai 70 persen. Tahun depan PAUD kami genjot,” ujarnya.

Jumat, 20 Agustus 2010

PUASANYA DYLAN......

                                                                  
     “ Vigo….vigo…vigo…vigo…” terdengar suara  Dylan, 7 tahun ponaanku yang indo itu dari pintu depan memanggil Vigo sepupunya. Dia masuk ke ruang TV dan dilihatnya sepupunya Vigo 9 tahun lagi tergolek lemas di depan TV menunggu saat-saat berbuka puasa. “Kamu kenapa? Vigo puasa ya…”Tanya Dylan..dan Vigo menjawab “Ya, Dylan?”.  “Dylan juga puasalah”, jawabnya pasti. Dylan baru setahun di Indonesia, sebelumnya dia tinggal di Belanda,  jadi baru belajar bahasa Indonesia dan puasa juga.
     “Eh..air apa ini?” teriaknya ketika melihat ada air tumpah berwarna hitam. Vigo menoleh dan menjawab “itu cocacola Dylan, tadi tumpah waktu mama masukin ke gelas buat  Vigo buka puasa.” Spontan dicoleknya air tumpahan cocacola tadi dan dicicipinya”Iya, betul cocacola,Vigo” dan dicoleknya sekali lagi untuk lebih memastikan “iya enak”. Vigo bangun dan terheran-heran,”Jangan Dylan, kalo puasa ga boleh makan lho, nanti puasanya batal, waktu berbuka  kan sebentar lagi” lanjut Vigo. Dan sebelum kata-kata terakhir Vigo selesai Dylan udah menenggak cocacola yang ada di gelas Vigo dan berkata” “Hmmm…enak, Vigo”…….
    Tak lama bedugpun berbunyi, semua duduk di meja makan berbuka bersama. Dylan juga ada disitu.” Alhamdulillah cucu atok semuanya hebat sampai puasanya hari ini, dan Dylan juga hebat bisa selesai puasanya” puji atok….”Iya, Aku hebat”, jawab Dylan sambil melahap makanannya. Dan Vigo hanya tersenyum menyimpan rahasianya selama sehari sebelum menceritakannya ke saya…….

Kamis, 19 Agustus 2010

INFO PELATIHAN PAUD NON FORMAL....

Dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajar guru, Taman Ceria Up2U dan TamanBermain Kreatif Indria akan melaksanakan Pelatihan Metode dan Pengembangan Kreatifitas Mengajar Guru oleh Kak Petro Alexy. Kegiatan akan dilaksanakan pada tanggal 28-29 September 2010 di Hotel Bintan Plaza.
Investasi
Rp 300.000,- /orang (2 hari) sudah termasuk biaya:
makan dan snacks + sertifikat dan ATK+ 1 CD  Lagu Anak



Tempat Terbatas...Hubungi: 
Ibu Titik Firman  08126199532
Ibu Aci                085264997092
                                                                                               

APAKAH ANAK PERLU BELAJAR MEMBACA DI USIA DINI????

"Aniiiiiii....cepat nak kita siap-siap, sebentar lagi kamu harus berangkat les," jerit seorang ibu kepada anaknya yang berusia 5 tahun. Ani yang sedang asyik bermain boneka dan pondok-pondokan itu tidak memperdulikan suara petasan yang keluar dari mulut ibunya. Hinga berkali-kali panggilan tak di jawab. Si Ibu menghampiri dengan mengomel sambil membawa tas dan baju ganti buat berangkat les."Ayo nak cepat, sebentar lagi kamu masuk SD, Ibu tak mau nanti kamu tak bisa membaca dan menulis. Ani kecil tidak tahu harus berbuat apa kecuali mengikuti kata sang ibu dan mengucapkan selamat tinggal kepada si Acil boneka kesayangannya yang sedang dibobokkannya. Ini adalah sekelumit gambara yang sering kita lihat dan dengar.

Pada awal sikecil memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut ada anggapan bahwa anak harus bisa membaca sebelum masuk SD. Kenyataan dilapangan banyak orang tua yang memasukkan anak usia dini mereka ke tempat-tempatles menulis, mebaca dab berhitung karena takut tidak diterima di SD. Ironisnya lagi adapula SD yang memberikan tes sebelum masuk. Dan anak usia pra sekolah sekarang sudah banyak yang bisa membaca.Apakah mengajari membaca merupakan tugas guru kelas 1 SD? Apakah tidak terlalu dini mengajarkan anak membaca? Bagaimana kita menanggapi hal ini?
Sekarang ini semakin marak dipasarkan berbagai cara membuat anak genius.Dari ada yang namanya metode Glenn Doman untuk anak belajar membaca, sampai Shichida Method yang katanya membuat anak punya fotografis memori yang bisa diajarkan pada dari usia 2 bulan.

Ternyata dari banyak literatur justru sebaliknya. Tidak ada jaminan seseorang yang lebih dahulu bisa membaca akan lebih sukses dimasa depan dari pada mereka  yang terlambat. Banyak tokoh sukses yang justru terlambat membaca. Di buku  Right Brained Children in a Left Brained World disebutkan  tokoh seperti Abert Einstein adalah salah seorang yang terlambat membaca. Anak-anak di Rusia saja baru membaca di usia 7 tahun, dan mereka sangat cerdas.

Dari berbagai informasi disebutkan bahwa syaraf mata anak balita belum siap untuk membaca, masih bersifat kontralateral(masih terbalik-balik), seperti antara huruf b dan d, hurf p dan q oleh karena itu resiko balita yang diajarkan membaca terkena kesulitan belajar jauh lebih besar. Informasi yang sama juga ada pada buku Dr.jalaludin Rahmat "Cara Otak Belajar".Dikatakan bahwa waktu terbaik untuk belajar membaca sesuai dengan perkembangan otak justru ada pada USIA SEKOLAH DASAR.

Mengajarkan membaca juga tentu ada tekniknya.Sebelum mulai mengajari membaca, lebih baik jika kita mengenali dulu bagaimana sebenarnya tipe berpikir anak kita. Banyak anak yang mengalami kesulitan membaca, padahal masalah sebenarnya ada di teknik mengajar.

Anak Visual Learner (anak yang lebih cepat dan kuat hafalannya bila diajarkan dengan simbol yang menarik dan tegas) kemungkinan besar akan mengalami kesulitan belajar membaca disekolah umum yang kebanyakan sistem Kegiatan Belajar Mengajar tidak  bersahabat dengan mereka. Padahal anak-anak ini memiliki ingatan yang kuat. Untuk mengajarinya membaca justru kita harus memanfaatkan kekuatan visualnya. Dengan mempergunakan gambar-gambar dan logo. Ajak mereka memvisualisasikan apa yang dibaca. Rata-rata anak visual learner dapat membaca sendiri tanpa diajari hanya dengan melihat. Secara otomatis mereka menghafal dan memperlajari pola.

Anak Auditory Learner (anak yang lebih cepat dan tertarik bila disampaikan dengan penyampaian kalimat yang jelas, keras dan berulang), dan hal ini kini adalah mayoritas di dunia yaitu sistem fonetik. Sistem ini mengajarkan mengenal huruf lewat cara mengucapkannya, a=eh, b=beh,dst. Dan teorinya memang untuk cara berpikir otak yang berbeda seharusnya digunakan teknik belajar yang berbeda pula, tetapi di dunia nyata hampir semua sekolah sekarang mengajarkan baca dsengan sistem fonetik.

Jadi yang penting untuk anak usia dini bukanlah mengajarkannya membaca, tetapi mengenalkan dan menanamkan budaya membaca sejak dini,karena belum tentu anak yang bisa membaca lebih dahulu akan suka membaca.....(It's me Titik Firman)


Selasa, 17 Agustus 2010

Pentingnya Bermain Bagi Anak

Pentingnya Bermain
Bermain adalah seluruh kegiatan yang dilakukan atas inisiatif sendiri, secara sekarela, bukan kewajiban,dimana kegiatan tersebut mampu menghasilkan rasa senang dan bahagia pada diri anak.

Apa yang terjadi diotak anak pada saat anak bermain?
  • Saat anak bermain semua indera bekerja aktif dengan menangkap semua informasi lalu disampaikan ke otak sebagai rangsangan, akibatnya sel-sel otak aktif berkembang membentuk jaringan.
  • Otak yang rimbun karena banyaknya persambungan, maka anak memiliki kemampuan yang tinggi.
Bagaimana Anak Bermain? 
 Anak bermain sesuai dengan usianya, pikirannya sendiri, perasaannya sendiri, dengan pengertiannya sendiri dan dunianya sendiri. Atau dengan perkataan lain; anak bermain dengan dirinya sendiri dan orang lain disekitarnya, alam semesta dan isinya, kemampuan dirinya, dan kemampuan orang lain, dll.

Manfaat bermain
Memfasilitasi, mendukung, mendorong, dan membentuk Seluruh Aspek Perkembangan Anak;
  • Mendukung tumbuh kembang fisik dan kesehatan anak.
  • Mendukung perkembangan bahasa anak
  • Mendukung perkembangan motorik kasar dan halus
  • Mendukung perkembangan aspek kontrol diri dan emosional
  • Mendukung bagi perkembangan kognitif anak
  • Mendorong dan mengasah perkembangan alat penginderaan.
  • Pengembangan kemandirian anak
  • Mengembangkan keterampilan olahraga dan seni 
  • Sebagai media terapi: karena selama bermain perilaku anak akan tampil lebih bebas.
  • Sebagai media intervensi: Bermain dapat melatih konsentrasi (pemusatan perhatian pada tugas tertentu) seperti melatih konsep dasar warna, bentuk, dan lain-lain. 
Nah para orang tua dan guru paud yang baik...sudah seharusnya kita paham tentang tahap perkembangan anak sehingga kita mampu memberikan kegiatan sesuai dengan usia dan kemampuan yang dimilikinya.Berilah apa yang dibutuhkan anak hari ini......